10 Stasiun Kereta Api Tertua Di Indonesia
1. Stasiun Semarang Gudang / Tambaksari (1864)
2. Stasiun Semarang Tawang (1868)
Stasiun Semarang Tawang (kode SMT)
adalah stasiun induk di Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang yang
melayani kereta api eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak
singgah di stasiun ini. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar
tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal
19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini
menggunakan lebar 1435 mm. Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga
Stasiun Solo Balapan dan melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di
Yogyakarta.
3. Stasiun Lempuyangan (1872)
Stasiun Lempuyangan (kode: LPN, +114 m
dpl) adalah stasiun kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta,
berjarak sekitar 1 km di sebelah timur dari stasiun utama di kota ini,
yaitu Stasiun Yogyakarta. Stasiun yang didirikan pada tanggal 2 Maret
1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi
Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari
barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di
utara dan Danurejan di selatan.
4. Stasiun Ambarawa (1873)
Museum Kereta Api Ambarawa adalah
sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah
museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api
yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan
lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen
sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api
wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah
satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di
Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat
disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga
jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und
Maschinenfabrik) di halaman museum.
5. Stasiun Kedungjati (1873)
Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan
stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan.
Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 m dpl ini berada di Daerah
Operasi 4 Semarang. Stasiun Kedungjati diresmikan pada bulan 21 Mei
1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa,
bahkan dulu beroperasi jalur KA dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah
tidak beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati
yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron
berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm.
6. Stasiun Solo Balapan (1873)
Stasiun Solo Balapan (kode: SLO, +93m)
adalah stasiun induk di Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta
yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang.
Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada
abad ke-19 (tepatnya 1873)
7. Stasiun Purwosari (1875)
Stasiun Purwosari (PWS) merupakan
stasiun kereta api yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 502,
Purwosari, Lawiyan, Surakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +98
m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta.
Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan merupakan stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran.
Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan merupakan stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran.
8. Stasiun Surabaya Kota (1878)
Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer
dengan nama Stasiun Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan,
Surabaya. Letaknya sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan juga
merupakan stasiun tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api
selatan pulau Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan
Bandung serta Jakarta. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah
Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang. Baru
dalam masa kemerdekaan, Jawatan Kereta Api mengadakan layanan kereta api
antara Jakarta dan Surabaya Pasar Turi melalui Semarang.
Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.
Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.
9. Stasiun Malang Kotalama (1879)
Stasiun Malang Kotalama (MLK) merupakan
stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Sukun, Malang. Stasiun
yang berada pada ketinggian +429 m dpl ini berada di Daerah Operasi 8
Surabaya. Stasiun ini merupakan stasiun KA paling selatan yang berada di
Kota Malang, dan tertua, dibangun pada tahun 1879. Penambahan nama
"Kotalama" dimaksudkan untuk membedakan dengan Stasiun Malang Kotabaru
yang dibangun belakangan.
Dari Stasiun Malang Kotalama terdapat percabangan rel yang menuju ke Dipo Pertamina.
Dari Stasiun Malang Kotalama terdapat percabangan rel yang menuju ke Dipo Pertamina.
10. Stasiun Ijo (1880)
Stasiun Ijo (IJ) adalah stasiun kereta
api yang terletak di sebelah barat Stasiun Gombong. Secara
administratif, stasiun ini berada di Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele,
Kabupaten Kebumen. Selain sebagai stasiun persilangan, fungsi lainnya
adalah sebagai pengontrol terowongan jalur rel (disebut Terowongan Ijo)
yang berada di sisi timur stasiun ini. Pengelolaan stasiun yang terletak
pada ketinggian +25 m dpl ini berada di bawah Daerah Operasi 5
Purwokerto. Stasiun yang dibangun pada pertengahan tahun 1880-an ini
jarang disinggahi oleh kereta api. Stasiun berperon sisi ini memiliki
tiga jalur rel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar